Masjid Jamik Sumenep atau Masjid Agung Sumenep
Masjid Agung Sumenep

Masjid Jamik Sumenep, Ikon Akulturasi Budaya dan Toleransi Warisan Keraton

Masjid Jamik Sumenep atau Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid yang tak hanya memiliki pesona yang cukup menarik, melainkan kaya akan nilai sejarah.

Masjid yang menjadi ikon Pulau Madura ini merupakan salah satu dari 10 masjid tertua di Nusantara. Berada di Jalan Trunojoyo 184, Dalem Anyar, Bangselok, Sumenep, Jawa Timur. Letaknya persis berseberangan atau berhadapan dengan Taman Adipura atau alun-alun kota Sumenep.

Sejarah Masjid Jamik Sumenep
Masjid Jami Sumenep dikenal dengan sejumlah nama antara lain, Masjid Jami Panembahan Somala, Masjid Agung Sumenep, dan Masjid Agung Keraton Sumenep.

Masjid Jamik Sumenep dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Somala, penguasa Soengenep. Mulai dibangun pada 1779 masehi, dan sekira delapan tahun kemudian, bangunan tersebut selesai pada 1787. Jadi, sekarang berusia 244 tahun.

Nama aslinya adalah Masjid Jamik Panembahan Somala. Sosok yang menjadi rujukan nama tersebut adalah Raden Asirudin, yakni penguasa Sumenep pada sekitar medio abad ke-18 Masehi. Gelarnya adalah Adipati Sumenep ke-31 atau Pangeran Natakusuma I.

Masjid ini merupakan salah satu bangunan pendukung keraton, yang berfungsi sebagai tempat ibadah bagi anggota kerajaan dan masyarakat.

Masjid ini adalah masjid kedua yang yang didirikan oleh keluarga keraton Sumenep. Sebelumnya, mereka telah membangun sebuah masjid yang berada tepat di belakang keraton, yakni Masjid Lajhu. Masjid Lahju, diinisiasi oleh Kanjeng Raden Tumenggung Ario Anggadipa, penguasa Sumenep ke-21.

Ikon Toleransi, Sarat Nilai Historis
Masjid Jamik Sumenep merupakan wisata religi yang sarat budaya dan sejarah. Masjid ini merupakan bentuk akulturasi budaya. Arsitektur bangunan masjid secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Jawa, China, Eropa, dan Arab.

Pesona Masjid Jamik Sumenep tidak hanya memancar dari historisnya. Wujud bangunannya pun menunjukkan keindahan yang khas.

Pengaruh arsitektur Jawa tampak dari bangunan utama masjid. Bagian atapnya bergaya kerucut lancip menjulang tinggi yang banyak ditemukan pada candi kuno di Jawa. Sementara itu, pintu gerbang masuk bercorak China yang mengingatkan pada bentuk tembok raksasa China dengan bentuk memanjang.

Selain itu, interior ruangan Masjid Jamik Sumenep seperti mimbar, mihrab, dan dinding dilapisi dengan keramik porselen dari China. Model interior ini memperlihatkan pengaruh China yang sangat kuat.

Bahkan, perancang atau arsitek Masjid Jamik Sumenep adalah adalah seorang berdarah Tionghoa. Yakni Lauw Piango yang berasal dari China yang terdampar di Madura karena terjadi perang di daerah asalnya.

Maka tidak mengherankan apabila terdapat unsur-unsur oriental pada Masjid Agung Sumenep. Bahkan, di sana pun pengunjung dapat menjumpai pengaruh arsitektur Eropa, khususnya Portugis. Masjid ini juga dilengkapi minaret setinggi 50 meter yang desainnya dipengaruhi kebudayaan Portugis atau Eropa. (*)

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like