Gosumenep.com – Satu suro atau awal bulan Muharram 1446 H, dimanfaatkan sejumlah kolektor benda-benda pusaka di Kabupaten Sumenep, Madura, untuk memandikan berbagai macam benda pusaka. Begitu yang dilakukan pelestari budaya keris Pelar Agung Desa Aeng Tongtong, setempat.
Memandikan pusaka atau Jamasan sendiri merupakan tradisi membersihkan dengan cara memandikan benda benda pusaka atau benda kuno, agar tetap terjaga kemurnian dan keasliannya.
BACA JUGA: Pengambilan Air Taman Sare Keraton Awali Proses Jamasan Keris Kabupaten Sumenep
Paguyuban Pelar Agung tersebut memandikan pusakanya menggunakan sumber mata air kuno yang diambil dari tujuh titik. Yakni di Taman Sare Keraton, Sumur kuno Desa Lembung, sumurb kuno di Desa Tanah Merah Saronggi dan di Desa Aeng Tongtong sendiri.
Air Taman Sare Keraton dahulunya digunakan untuk pemandian Potre Koneng atau isteri raja Sumenep beserta abdinya. Sampai sekarang, diyakini memiliki nilai magis yang dipercaya mampu memberikan bukti sesuai hajat khususnya warga maupun wisatawan.
Di Taman Sare ada tiga pintu utama. Pertama yakni sebelah utara dipercaya mempermudah mendapatkan jodoh serta keturunan. Pintu kedua, memudahkan dan meningkatkan karier. Ketiga meningkatkan ketaqwaan.
Sumur kuno di Desa Lembung, Lenteng yang dulunya digunakan oleh Bindara Saod. Di Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, merupakan bekas pemakaian tokoh yang bernama Juhar Sari. Dan di Desa Aeng Tongtong sendiri pemakaian guru spritual Sumenep bernama Juk Sernah.
Empu Keris Paguyuban Pelar Agung Desa Aeng Tongtong, Ika Arista mengatakan bahwa, air dari sumber kuno itu dinilai memiliki sejarah panjang semasa kerajaan hingga sekarang. Sumur kuno tersebut dibuat oleh leluhur yang mudah diterima segala keinginannya.
“Itu alasan kenapa kita memandikan keris menggunakan air dari sumber kuno,” ujar Ika Arista, Senin (8/7/2204).
Pengambilan air pun tidak semerta-merta diambil. Tapi, menggunakan ritual seperti membawa sesajen yang didalamnya terdapat kepalan nasi lima warna. Merah, hijau, kuning, hitam dan putih ditambah kembang tujuh rupa disertai dupa.
Tak langsung diambik, tapi masih dilakukan tahlil oleh petugas pengambil air sebagai bentuk izin kepada para leluhur yang telah membuat sumber tersebut.
Air yang diambil tersebut kemudian diwadahi gentong kecil yang setelah itu diikat dan ditutup menggunakan kain kafan. Kain kafan diartikan sebagai lambang kesucian.
keris disucikan pada Suro karena, pada bulan itu khususnya tepat satu suro, dipercayai mampu membersihkan aura negatif dan memperbaharui energi positif.
Diketahui, Pemkab Sumenep bersama paguyuban keris Pelar Agung Desa Aeng Tongtong akan melaksanakan penjamasan keris pada tanggal 15-16 Juli 2024.
Diawali dengan kirab dari pusat pengrajin keris yakni Desa Aeng Tongtong menuju Pendopo Keraton. Disana akan disambut oleh Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo sebagai orsng nomot satu di kota keris (*)