Gosumenep.com – Hadrah merupakan musik bernafaskan islami dengan melantunkan selawat Nabi yang diiringi alat tabuhan dengan alat tertentu. Umumnya, menggunakan rebana.
Dalam segi bahasa Hadroh diambil dari kata Hadhoro-yudhiru-hadron-hadhoroton yang memiliki arti kehadiran.
Hadrah menjadi kesenian islami yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam, terutama klasik. Yang hingga saat ini keberadaan nya masih utuh khususnya di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo komitmen agar keberadaan hadrah klasik tetap terjaga dan terus dilestarikan agar tidak punah.
Mengingat kata dia, hadrah klasik merupakan seni budaya islam yang menjadi hak paten di kota dengan julukan keris ini.
Pada mulanya, hadrah klasik dibawakan oleh guru besar asal Sumenep yakni ustaz Ahmad Bin Ta’lab.
“Sebagai penerus, kita harus menjaga dan melestarikan itu,” katanya, Minggu (24/3/2024).
Upaya yang ia lakukan agar keberadaan hadrah klasik tetap terjaga, dihadirkan dalam festival hadrah klasik yang merupakan bagian dari Sumenep Calendar of Event 2024 yang berlangsung Sabtu (23/3/2024) malam di Pendopo Keraton.
Lima peserta terbaik dari 27 Kecamatan se Sumenep ditampilkan. Seperti, Seperti Nurul Karomah dari (Kecamatan Gapura), Ar Ridwan (Kota Sumenep), Nurul Jadid (Lenteng), Nurul Barokah (Dasuk) dan Mamba’ul Ulum (Saronggi).
Mereka (peserta) mengenakan kostum, membentuk kelompok memperagakan tarian yang diiringi alat tabuhan rebana.
Menurut dia, di tengah arus globalisasi ini tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi sudah merambah di kalangan masyarakat, baik perkotaan maupun desa.
Tetapi, yang menjadi hak paten Sumenep utamanya hadrah klasik jangan sampai dilupakan apalagi dihilangkan. Kedua nya harus seimbang.
“Mari bersama-sama merawat tradisi yang kita miliki. Harus bangga dengan hak paten Sumenep, meskipun hidup ditengah globalisasi, tradisional harus tetap dipegang teguh,” ujarnya.
Hadrah klasik sering digunakan oleh masyarakat ketika menggelar sebuah acara, baik selamatan maupun walimatul ursy.
Diharapkan, hadrah klasik tetap eksis karena memiliki potensi besar menjadi wisata religi dan bisa mendorong terhadap kesejahteraan masyarakat (*)